Sabtu, 21 Januari 2012

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI KURANG DAN BURUK PADA BALITA 1-3 TAHUN

DI KELURAHAN KADIPATEN KECAMATAN

BABADAN KABUPATEN PONOROGO

ABSTRAK

Status gizi kurang dan buruk merupakan masalah utama pada balita, mengingat status gizi balita merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi status gizi kurang dan buruk balita 1-3 tahun di Kelurahan Kadipaten.

Jenis penelitian diskriptif, populasi ibu dan anak balita 1-3 tahun gizi kurang dan buruk. Sampel semua ibu dan balita 1-3 tahun gizi kurang dan buruk sebanyak 36 responden. Variabel penelitian faktor yang mempengaruhi status gizi kurang dan buruk balita 1-3 tahun diantaranya penyakit kronis pada balita, pendidikan ibu balita, pengetahuan gizi ibu balita, pekerjaan ibu balita dan pendapatan keluarga balita. Pengumpulan data dengan mengukur BB, KMS dan kuesioner.Analisa data diskriptif, penyajian data bentuk tabel.

Hasil penelitian diperoleh, jenis kelamin status gizi kurang sebagian besar 54,54% perempuan 45,46% laki-laki. Penyakit kronis pada balita 54,54% tidak pernah sakit 45,46% pernah sakit. Pendidikan ibu balita 54,54% rendah 39,40% menengah 6,06% tinggi. Pengetahuan ibu balita 51,51% baik 48,49% cukup. Pekerjaan ibu balita 87,88% tidak terampil 12.12% terampil. Pendapatan keluarga balita 75,76% rendah 12,12% sedang 12,12% tinggi. Sedangkan jenis kelamin status gizi buruk sebagian besar 66,67% perempuan 33,33% laki-laki. Penyakit kronis yang menyertai balita 66,67% pernah sakit 33,33% tidak pernah sakit. Pendidikan ibu balita 100% rendah. Pengetahuan ibu balita 66,67% cukup 33,33% baik. Pekerjaan ibu balita 100% tidak terampil. Pendapatan keluarga balita 100% rendah.

Disimpulkan pada status gizi kurang sebagian besar jenis kelamin perempuan tidak pernah menderita penyakit kronis, pendidikan ibu balita rendah, pengetahuan ibu balita baik, pekerjaan ibu balita tidak terampil, pendapatan keluarga balita rendah. Pada status gizi buruk sebagian besar jenis kelamin perempuan pernah menderita penyakit kronis, pendidikan ibu balita seluruhnya rendah, pengetahuan ibu balita cukup, pekerjaan ibu balita seluruhnya tidak terampil, pendapatan keluarga balita seluruhnya rendah.


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia khususnya anak balita. Usia balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai serta stimulasi perkembangan. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak mendapat makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik saat ini maupun masa selanjutnya. Diharapkan anak balita dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, namun karena perilaku yang salah dalam memberikan asupan gizi yang kurang

seimbang dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak kurang optimal.

Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) pada tahun 2005 diketahui bahwa di Jawa Timur terdapat 19,3% anak balita yang menderita kurang energi protein (KEP) 16,6% anak balita dengan status gizi kurang dan 2,7% anak balita dengan status gizi buruk. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo status gizi balita tahun 2006 masih terdapat Bawah Garis Titik-Titik (BGT) sebanyak 8,12% dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak 1,68%. Hasil penelitian bulan Desember 2007 di Puskesmas Babadan diperoleh data bahwa di 15 desa di wilayah Puskesmas Babadan khususnya Kelurahan Kadipaten merupakan kelurahan yang memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk cukup tinggi yaitu pada posyandu balita yang mengalami gizi kurang ada 33 anak (29,46%) dan mengalami gizi buruk 3 anak (2,67%) dari balita 1-3 tahun dalam wilayah Kelurahan Kadipaten sebanyak 112 anak. Dikaitkan dengan latar belakang masyarakat Kelurahan Kadipaten sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah petani, wiraswasta, dan pedagang serta pendidikan sebagian besar SD, SMP, SMA kondisi ini, tentunya akan mempengaruhi status gizi pada balita.

Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh: Ekonomi, Pendidikan, pengetahuan, Status sosial, Anatomi fisiologi pencernaan dan Psikologis.

Berdasarkan permasalahan diatas maka penelitian tentang gambaran faktor yang mempengaruhi status gizi kurang dan buruk pada balita usia 1-3 tahun di posyandu Kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah : Bagaimanakah gambaran faktor yang mempengaruhi gizi kurang dan buruk pada balita 1-3 tahun di Kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi gizi kurang dan buruk pada balita usia 1-3 tahun di posyandu kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gambaran status gizi kurang dan buruk pada balita 1-3 tahun berdasarkan BB dan Jenis kelamin.

2. Mengidentifikasi gambaran status gizi kurang dan buruk pada balita 1-3 tahun berdasarkan penyakit kronis yang menyertai balita.

3. Mengidentifikasi gambaran status gizi kurang dan buruk pada balita 1-3 tahun berdasarkan pendidikan ibu balita.

4. Mengidentifikasi gambaran status gizi kurang dan buruk pada balita 1-3 tahun berdasarkan tingkat pengetahuan ibu.

5. Mengidentifikasi gambaran status gizi kurang dan buruk pada balita 1-3 tahun berdasarkan pekerjaan ibu balita.

6 Mengidentifikasi gambaran status gizi kurang dan buruk pada balita 1-3 tahun berdasarkan pendapatan keluarga balita.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pendidikan dan pengetahuan terhadap ibu balita agar dapat meningkatkan status gizi balita dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian terdahulu dengan judul hubungan tingkat gizi ibu dengan tingkat konsumsi energi, protein dan status gizi balita hasil penelitian menunjukkan pengetahuan gizi ibu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizi anak balita. Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan tubuh akan zat gizi dapat menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, demikian pula pengetahuan gizi ibu dapat menentukan konsumsi pangan dan gizi keluarga serta anak balita. Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh sosial budaya.

B. Macam-macam penilaian status gizi

1. Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian antara lain:

a. Antropometri, ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

b. Klinis, pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

c. Biokimia, penilaian status gizi dengan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menemukan kekurangan gizi yang spesifik.

d. Biofisik, metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of might blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga antara lain :

a. Survei konsumsi makanan, metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.

b. Statistik Vital, pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor ekologi, malnutrisi, merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Faktor yang mempengaruhi status gizi

1. Ekonomi : keadaan kurang gizi (khususnya protein) banyak terdapat pada masyarakat ekonomi lemah. Ini mudah dimengerti karena protein yang bermutu baik umumnya terdapat pada bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein, susu, telur, daging dan ikan. Bahan makanan tersebut mahal harganya sehingga tidak terbeli oleh yang berpenghasilan rendah. Bahan makanan dari hewan diatas dapat diganti dengan bahan makanan dari tumbuhan (protein nabati) seperti kacang kedelai, kacang hijau dan sebagian yang harganya murah akan tetap tidak digunakan karena tidak tahu.

2. Pendidikan dan Pengetahuan : pengetahuan yang kurang tentang nilai gizi bahan makanan, cara pemeliharaan anak, disamping tradisi makanan, kepercayaan dan tabu memberikan kontribusi terhadap terjadinya kurang gizi. Orang yang kurang pendidikan seringkali tidak sadar dengan kebutuhan nutrisi/makanan yang terbaik untuk tubuhnya.

3. Status sosial : individu biasanya cenderung mengkonsumsi makanan sama dengan masyarakat disekitarnya atau berdasarkan status gizi.

4. Anatomi dan fisiologi : sebelum makanan dipergunakan untuk metabolisme, makanan terlebih dahulu diabsorbsi setelah dicerna.

5. Psikologis : Anoreksia dan berat badan rendah sering ditemukan pada pasien dengan depresi.

6. Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Penyakit kronis akan memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh.

7. Endokrin : gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisiensi hormon pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil.

8. Sosio-ekonomi : kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan menghambat pertumbuhan anak.

9. Obat-obatan : pemakaian kostikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan syaraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

C. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer dan faktor sekunder

Faktor primer : meliputi susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas yang disebabkan oleh kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, pengetahuan, sikap orang tua dan sebagainya.

Faktor sekunder : meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi.

D. Klasifikasi Status Gizi

Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut referensi baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.

2. Gizi baik untuk well nourished.

3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calori Malnutition).

4. Gizi buruk untuk severe PCM termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkor.

Status gizi diolah dengan menggunakan baku WHO-NCHS, dengan indeks BB/U, TB/U, BB/TB yang dibagi atas.

1. Indeks BB/U :

Gizi baik bila Z score terletak pada > -2 SD s/d +2 SD.

Gizi kurang bila Z score terletak antara > -3 SD s/d < -2 SD.

Gizi buruk bila Z score terletak < -3 SD.

Gizi lebih bila Z score terletak > +2 SD.

2. Indeks TB/U :

Normal bila Z score terletak > -2 SD.

Pendek bila Z score terletak dari < -2 SD.

3. Indeks BB/TB :

Normal bila Z score terletak antara > -2 SD s/d +2 SD.

Kurus bila Z score terletak antara > -3 SD s/d -2 SD.Sangat kurus bila Z score terletak < -3 SD.Gemuk bila Z score terletak > +2 SD (Baku Standart WHO-NHCS, 2002).

E. Text Box: Lebih

Buruk

Kerangka Konseptual


Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 2.1

Kerangka konseptual

Moersintowarti (2002) dan Nuracmah (2001)

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran faktor yang mempengaruhi gizi kurang dan buruk balita 1-3 tahun di Posyandu Kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.

B. Rancangan Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian, penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Peneliti melakukan penelitian ini dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di Posyandu kelurahan Kadipaten kecamatan Babadan kabupaten Ponorogo. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2007 sampai Januari 2008.

D. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh ibu dan anak balita 1-3 tahun dengan gizi kurang dan buruk di Posyandu Kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo sejumlah 36 responden.

E. Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan tehnik “sampling” tertentu untuk bisa memenuhi/mewakili populasi. Pada penelitian ini semua populasi dijadikan subyek penelitian (total populasi) sebanyak 36 responden.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu faktor yang mempengaruhi status gizi kurang dan buruk pada balita 1-3 tahun: penyakit kronis, pendidikan ibu balita, pengetahuan gizi ibu balita, pekerjaan ibu balita dan pendapatan keluarga balita.

G. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan dan Ketertiban Masyarakat Kabupaten Ponorogo, kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, Kepala Puskesmas Babadan dan Kepala Kelurahan Kadipaten peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden dan mendapatkan persetujuan sebagai responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.

H. Teknik Pengolahan dan Analisa data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data melalui tahap-tahap :

1. Editing

2. Coding

3. Tabulating

4. Analizing

HASIL PENELITIAN

A. Status gizi balita berdasarkan BB dan Jenis kelamin

Tabel 4.1

Status gizi berdasarkan jenis kelamin balita di posyandu Kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan bulan Desember 2007

Jenis kelamin

Status gizi

jumlah

persentase

kurang

buruk

f

%

f

%

Perempuan

18

54,54

2

66,67

20

55,56

Laki-laki

15

45,46

1

33,33

16

44,44

jumlah

33

100

3

100

36

100

B. Status gizi balita berdasarkan penyakit kronis yang menyertai balita.

Tabel 4.2

Status gizi berdasarkan penyakit kronis yang diderita balita 1-3 tahun dalam 3 bulan terakhir di posyandu Kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan bulan Desember 2007.

Penyakit kronis yang diderita balita 1-3 tahun dalam 3 bulan terakhir

Status gizi

jumlah

persentase

kurang

buruk

f

%

f

%

Tidak pernah

18

54,54

1

33,33

19

52,78

Pernah

15

45,46

2

66,67

17

47,22

Jumlah

33

100

3

100

36

100

C. Status gizi berdasarkan Pendidikan ibu balita.

Tabel 4.3

Status gizi berdasarkan tingkat pendidikan ibu balita di Posyandu Kadipaten Kecamatan Babadan bulan Desember 2007

Pendidikan ibu balita

Status gizi

jumlah

persentase

kurang

buruk

f

%

f

%

Rendah

18

54,54

3

100

21

58,33

Menengah

13

39,40

0

0

13

36,11

Tinggi

2

6,06

0

0

2

5,56

Jumlah

33

100

3

100

36

100

D. Status gizi berdasarkan tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi balita 1-3 tahun

Tabel 4.4

Status gizi berdasarkan tingkat pengetahuan ibu balita di Posyandu Kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan bulan Desember 2007

Pengetahuan ibu balita

Status gizi

jumlah

persentase

kurang

buruk

f

%

f

%

Baik

17

51,51

1

33,33

18

50

Cukup

16

48,49

2

66,67

18

50

Kurang

0

0

0

0

0

0

Tidak baik

0

0

0

0

0

0

Jumlah

33

100

3

100

36

100

E. Status gizi berdasarkan pekerjaan ibu balita kurang gizi 1-3 tahun

Tabel 4.5

Status gizi berdasarkan pekerjaan ibu balita di Posyandu Kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan bulan Desember 2007

Pekerjaan ibu balita

Status gizi

jumlah

persentase

kurang

buruk

f

%

f

%

Terampil

4

12,12

0

0

4

11,11

Tidak terampil

29

87,88

3

100

3

88,89

Jumah

33

100

3

100

2

100

F. Status gizi berdasarkan pendapatan keluarga balita kurang gizi 1-3 tahun

Tabel 4.6

Status gizi berdasarkan tingkat pendapatan keluarga balita di Posyandu Kelurahan Kadipaten Kecamatan Babadan bulan Desember 2007

Pendapatan keluarga balita per bulan

Status gizi

jumlah

persentase

kurang

buruk

f

%

f

%

Rendah

25

75,76

3

100

28

77,78

Sedang

4

12,12

0

0

4

11,11

Tingggi

4

12,12

0

0

4

11,11

Jumlah

33

100

3

100

36

100

PEMBAHASAN

A. Status gizi balita berdasarkan BB dan Jenis kelamin

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar balita dengan status gizi kurang (91,67%) dan status gizi buruk 8,33%. Dampak jangka panjang dari gizi kurang maupun gizi buruk ini penting diketahui karena dapat menyebabkan proses pertumbuhan seperti rambut rontok, otot lembek, produktifitas tenaga menurun, pertahanan tubuh permanen, penurunan kemampuan berfikir, perilaku yang tidak tenang (Almatsier, 2001). Balita dengan BB kebanyakan kurang terdapat pada status gizi kurang dan buruk merupakan masalah yang lebih serius antara lain rambut tipis dan kusam, kulit keriput, tenaga menurun, cengeng, kemampuan berpikir menurun ditinjau dari segi kesehatan masyarakat (Dep Kes R.I, 1999) Dan sebutan jenis kelamin yang lebih lemah diberikan pada wanita karena kepercayaan bahwa wanita lebih banyak mengalami gangguan fisik dan penyakit dibandingkan pria (Hurlock, 1999). Dengan adanya status gizi kurang dan buruk pada masa balita apalagi pada penelitian ditemukan BB yang kurang sebagian besar balita dengan jenis kelamin perempuan maka sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak karena pada usia ini terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya apalagi bagi anak perempuan dalam rangka menghadapi masa reproduksi nanti bisa mengganggu kelangsungan hidupnya.

B. Status gizi berdasarkan penyakit kronis yang menyertai balita.

Berdasarkan hasil penelitian dalam 3 bulan terakhir, balita yang pernah sakit (45,46%) status gizi kurang dan (66,67%) status gizi buruk. Penyakit yang banyak di derita balita antara lain : batuk, diare dan salah satu balita baru sembuh dari TBC. Penyakit kronis sebagai pendukung atau pemicu status gizi kurang antara lain : penyakit TBC, asma, jantung, diare yang efeknya nafsu makan anak kurang atau hilang yang akan menyebabkan tubuh kehilangan zat-zat gizi dalam jumlah besar (Arisman, 2004). Penyakit kronis akan memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh. Hubungan ini saling berkaitan sebab malnutrisi disertai penyakit kronis pada umumnya mempunyai konsekuensi yang lebih besar dari pada sendiri-sendiri (Pudjiadi, 2003). Dengan adanya penyakit TBC, diare dan batuk keadaan tubuh akan semakin memperburuk sehingga daya tahan tubuh akan menurun dan perjalanan penyakit kronis akan semakin berat sedangkan pada penyakit asma dan jantung kenyataannya tidak ada dalam penelitian ini.

C. Status gizi berdasarkan pendidikan ibu balita

Status gizi berdasarkan tingkat pendidikan ibu balita sebagian besar berpendidikan rendah diperoleh hasil status gizi kurang (54,54%) dan status gizi buruk (100%). Orang yang kurang pendidikan sering kali tidak sadar dengan kebutuhan nutrisi atau makan yang terbaik untuk tubuhnya (Nuracmah, 2001). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat menerima segala informasi dari luar tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998). Pada ibu balita khususnya yang berpendidikan rendah maka sangat diperlukan pendidikan tambahan baik formal maupun informal tentang nutrisi yang terbaik bagi anak-anaknya untuk meningkatkan pengetahuan dalam upaya mengatur dan mengetahui kebutuhan antara makanan dan kesehatan termasuk kebutuhan zat gizi bagi keluarga.

D. Status gizi berdasarkan tingkat pengetahuan ibu balita tentang gizi balita 1-3 tahun

Status gizi berdasarkan tingkat pengetahuan ibu balita, pada balita dengan status gizi kurang sebagian besar (51,51%) pengetahuan ibu baik dan status gizi buruk sebagian besar (66,67%) dengan pengetahuan ibu cukup. Pengetahuan tentang nilai gizi bahan makanan, cara pemeliharaan anak, disamping tradisi makanan, kepercayaan dan tabu memberikan kontribusi terhadap terjadinya kurang gizi (Nuracmah, 2001). Pengetahuan gizi ibu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan dan status gizi anak balita. Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan tubuh akan zat gizi dapat menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, dapat menentukan konsumsi pangan dan gizi keluarga serta anak balita dapat pula dipengaruhi oleh sosial budaya (Hermina, 1999). Meskipun sebagian besar pengetahuan ibu cukup dan baik tentang status gizi anak-anak sebagian besar kurang dan buruk hal ini senantiasa disebabkan oleh penghasilan orang tua yang betul-betul tidak mencukupi kebutuhan gizi keluarga sehingga tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarganya.

E. Status gizi berdasarkan pekerjaan ibu balita kurang gizi 1-3 tahun

Status gizi berdasarkan pekerjaan ibu balita, pada balita dengan status gizi kurang sebagian besar (87,88%) pekerjaan tidak terampil dan status gisi buruk seluruhnya juga tidak terampil. Pekerjaan sangat mempengaruhi pendapatan keluarga, walau secara tidak langsung pekerjaan mempengaruhi status gizi, akan tetapi pekerjaan erat hubungannya atau sangat berpengaruh pada pendapatan keluarga, apabila pekerjaan itu tidak mampu memberikan pendapatan yang cukup bagi keluarga maka akan mengakibatkan kemampuan memperoleh pangan rendah sehingga mempengaruhi status gizi keluarga (Burhan Hidayat, 1997). Dengan adanya sebagian besar pekerjaan ibu tidak terampil/ibu rumah tangga dan status gizi anak-anak kebanyakan kurang dan buruk disebabkan oleh adanya penghasilan orang tua yang betul-betul kurang mencukupi kebutuhan gizi keluarga karena ibu tidak bekerja/tidak mempunyai ketrampilan yang bisa menghasilkan uang.

F. Status gizi berdasarkan pendapatan keluarga balita kurang gizi 1-3 tahun

Status gizi berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, pada balita dengan status gizi kurang sebagian besar (75,76%) dengan pendapatan rendah dan status gizi buruk seluruhnya juga pendapatan rendah. Pendapatan yang rendah sangat mempengaruhi status gizi keluarga terutama balita karena pendapatan atau penghasilan erat hubungannya dengan kemampuan memenuhi kebutuhan hidup keluarga, keluarga yang berpenghasilan rendah menyebabkan ketidakmampuan membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan, pengeluaran keluarga dapat dilihat dari tingkat pendapatan keluarga yaitu biaya yang dikeluarkan oleh keluarga dalam membeli bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari. Pengeluaran keluarga akan mempengaruhi pola kebiasaan makan yang selanjutnya berperan dalam prioritas penyediaan pangan berdasarkan nilai ekonomi dan gizinya. Bagi yang pengeluarannya rendah cenderung mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat sedikit protein terutama dari hewani yang dipakai sebagai makanan pokok dan lauknya. Sedangkan yang pendapatannya tinggi maka akan diharapkan anak memperoleh konsumsi protein, lemak dan vitamin yang baik sehingga pertumbuhan otak dan pertumbuhan jaringan untuk pertumbuhan dalam tubuh dari anak akan berjalan dengan baik sehingga kebutuhan zat gizi balita terpenuhi (Burhan Hidayat, 1997). Pendapatan keluarga yang tidak memadahi akan menghambat tumbuh kembang anak, karena orang tua tidak dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder (Hermina, 1999). Dengan adanya sebagian besar pendapatan keluarga rendah bisa disiasati dengan pola makan yang sederhana tetapi tetap memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang antara lain makanan pokok dan protein dari bahan-bahan nabati yang ekonomis bisa terjangkau untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Status gizi balita sebagian besar terdiri dari gizi kurang 91,76%.

2. Status gizi pada penyakit kronis yang menyertai balita sebagian besar tidak pernah mengalami sakit yaitu 52,78%.

3. Pada status gizi kurang tingkat pendidikan ibu balita sebagian besar berpendidikan rendah yaitu 58,33%.

4. Pada status gizi kurang tingkat pengetahuan ibu balita termasuk cukup baik yaitu memperoleh hasil jawaban yang baik 50 % dan cukup 50%.

5. Pada status gizi kurang tingkat pekerjaan ibu balita sebagian besar tidak terampil/ibu rumah tangga yaitu 88,89%.

1. Pada status gizi kurang tingkat pendapatan keluarga balita sebagian besar dengan pendapatan rendah ≤ Rp 450.000,00 per bulan yaitu 77,78%.

B. Saran

1. Pihak Puskesmas meningkatkan penanganan serta pemantauan pada balita yang mengalami gizi kurang dan buruk melalui posyandu, mengintensifkan program PMT penyuluhan kepada semua balita terutama balita status gizi kurang dan buruk.

2 Pihak keluarga meningkatkan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi ke posyandu supaya memudahkan pemantauan status gizi balita.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengruhi gizi kurang dan buruk pada balita.

4. Perlu penelitian ini dilakukan validitas dan reliabilitas yang diujicobakan terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Burhan hidayat, 1997. Ilmu Gizi Dan Diet. Yogyakarta: yayasan Esentia Medika

Dep Kes RI, 1999a. Pedoman Tata Laksana Kurang Energi-Protein Pada Anak di Puskesmas dan di Rumah Tangga. Jakarta.

_____. 2006b. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP – ASI) Lokal Tahun 2006. Surabaya.

Hermina. 1999. Keragaman Pengetahuan Gizi dan Pengetahuan Praktek Pemberian Makanan Bayi dan Anak dari Ibu dengan Balita Gizi Buruk. Bogor : Puslitbang Gizi.

Hurlock, 1999.Perkembangan Anak, Jakarta: Penerbit Erlangga

Moersintowarti Narendra, dkk. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi I. Jakarta : Sagung Seto.

Notoatmodjo, S. 2002a Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

__________. 2005b. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Nuracmah, Elly. 2001. Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Jakarta : Gunung Mulia.

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Merdeka.

Pudjiadi. 2003. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Kedokteran UI Gaya Lama.

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Edisi Revisi II. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

WHO, Baku Standart WHO-NCHS. 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar